Saving the Young Generation from Digital Threats and Brain Decay

From BASAkalimantanWiki

This is a Response to the Brain Rot wikithon

20250224T120748658Z338436.jpg

Di jaman digital ini, fenomena brain rot atawa pembusukan otak semakin jadi perhatian dalam dunia pendidikan. Brain rot menggambarkan menurunnya kemampuan berpikir kritis, daya ingat, lawan pemahaman mendalam akibat konsumsi berlebihan konten digital dangkal, kaya media sosial lawan hiburan instan. Salah satu tanda nyata dari fenomena ini yaitu siswa yang lebih milih bawa gadget dibanding buku pelajaran, kaya dalam ilustrasi yang nunjukin saurang siswa ninggalakan kelas sambil bawa HP tapi bukunya katinggalan di bawah meja.

Pendapat tentang Brain Rot dalam Pendidikan

- Peningkatan penggunaan media sosial berhubungan erat lawan menurunnya kemampuan membaca secara mendalam lawan meningkatnya gangguan perhatian. Anak-anak yang sering terpapar hiburan instan cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek lawan kesulitan memahami pelajaran yang kompleks. - Kebiasaan membaca mendalam (deep reading) yang melibatkan analisis lawan refleksi semakin tergantikan oleh kebiasaan membaca cepat tanpa pemahaman. Akibatnya, siswa jadi kurang mampu berpikir kritis lawan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari. - Anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu lawan gadget dibanding interaksi sosial langsung lebih rentan mengalami kesulitan dalam komunikasi, empati, lawan mengelola emosi. Hal ini jua bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental dalam jangka panjang.

Solusi untuk Mengatasi Brain Rot di Sekolah Untuk menghadapi tantangan ini, sekolah, guru, orang tua, lawan siswa harus bekerja sama: - Sekolah perlu membuat aturan supaya gadget hanya dipakai untuk keperluan belajar di kelas. Selain itu, siswa harus dibiasakan lagi membaca buku fisik supaya kemampuan literasi lawan analisis tetap terasah. - Siswa harus diajari cara memilah lawan mengelola konten digital yang bermanfaat. Sekolah bisa mengadakan program literasi digital supaya siswa sadar akan dampak negatif konsumsi hiburan instan lawan bisa memanfaatkan teknologi dengan lebih bijak. - Pembelajaran yang interaktif lawan berbasis diskusi bisa membuat siswa lebih semangat belajar tanpa bergantung pada hiburan digital. Contohnya, memakai metode gamification, proyek berbasis penelitian, atau pendekatan kolaboratif supaya siswa lebih aktif dalam proses belajar.

- Sekolah bisa mengadakan program membaca bersama, bedah buku, atawa diskusi supaya siswa lebih tertarik membaca. Dengan cara ini, siswa kada haja membaca, tapi jua belajar berpikir kritis lawan berani mengungkapkan pendapatnya.

Di era digital ini, fenomena brain rot atau pembusukan otak semakin menjadi perhatian dalam dunia pendidikan. Brain rot menggambarkan menurunnya kemampuan berpikir kritis, daya ingat, dan pemahaman mendalam akibat konsumsi berlebihan konten digital dangkal, seperti media sosial dan hiburan instan. Salah satu tanda nyata dari fenomena ini adalah siswa yang lebih memilih membawa gadget dibanding buku pelajaran, sebagaimana tergambar dalam ilustrasi yang menunjukkan seorang siswa meninggalkan kelas dengan membawa HP tetapi melupakan bukunya.

pendapat tentang Brain Rot dalam Pendidikan - peningkatan penggunaan media sosial berkorelasi dengan menurunnya kemampuan membaca mendalam dan meningkatnya gangguan perhatian. Anak-anak yang terlalu sering terpapar hiburan instan cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek dan kesulitan memahami materi yang lebih kompleks. - membaca mendalam (deep reading) yang melibatkan analisis dan refleksi semakin tergantikan oleh kebiasaan membaca cepat tanpa pemahaman. Hal ini berdampak pada kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa dalam menghadapi tantangan akademik dan kehidupan sehari-hari. - dampak brain rot dari sisi perkembangan sosial dan emosional. Anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget daripada interaksi sosial langsung lebih rentan mengalami kesulitan dalam komunikasi, empati, dan pengelolaan emosi. Hal ini juga dapat berdampak pada kesejahteraan mental mereka dalam jangka panjang.

Solusi untuk Mengatasi Brain Rot di Sekolah Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari sekolah, guru, orang tua, dan siswa itu sendiri:

- Sekolah perlu menerapkan kebijakan yang membatasi penggunaan gadget di kelas hanya untuk keperluan belajar. Selain itu, siswa perlu dibiasakan kembali membaca buku fisik agar kemampuan literasi dan analisis mereka tetap terasah. - Siswa perlu diajari memilah dan mengelola konten digital yang bermanfaat. Sekolah dapat mengadakan program literasi digital agar siswa lebih sadar akan dampak negatif konsumsi hiburan instan dan belajar memanfaatkan teknologi secara produktif. - Pembelajaran yang interaktif dan berbasis diskusi dapat membuat siswa lebih tertarik belajar tanpa bergantung pada hiburan digital. Misalnya, penggunaan metode gamification, proyek berbasis penelitian, dan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan keterlibatan siswa.

- Sekolah bisa mengadakan program membaca bersama, bedah buku, atau diskusi untuk meningkatkan minat baca siswa. Dengan cara ini, siswa tidak hanya membaca tetapi juga belajar berpikir kritis dan mengungkapkan pendapat mereka.

In this digital era, the phenomenon of brain rot has become an increasing concern in education. Brain rot refers to the decline in critical thinking skills, memory, and deep comprehension due to excessive consumption of shallow digital content, such as social media and instant entertainment. A clear example of this phenomenon is students prioritizing gadgets over textbooks, as illustrated by a student leaving the classroom carrying a smartphone but forgetting their book.

Perspectives on Brain Rot in Education

The rise in social media usage is closely linked to a decline in deep reading skills and an increase in attention disorders. Children who are frequently exposed to instant entertainment tend to have shorter attention spans and struggle to comprehend complex subjects. - Deep reading, which involves analysis and reflection, is increasingly being replaced by fast reading without comprehension. As a result, students become less capable of critical thinking and analyzing issues in both academic and everyday life contexts. - Children who spend more time with gadgets than engaging in direct social interactions are more likely to experience difficulties in communication, empathy, and emotional management. This can also affect their long-term mental well-being.

Solutions to Overcome Brain Rot in Schools To address this challenge, collaboration between schools, teachers, parents, and students is essential: - Schools should implement policies that limit gadget use in classrooms strictly for learning purposes. Additionally, students should be encouraged to read physical books again to maintain their literacy and analytical skills. - Students must be taught how to filter and manage beneficial digital content. Schools can organize digital literacy programs to raise awareness about the negative effects of instant entertainment and encourage productive technology use. - Interactive and discussion-based learning can make students more enthusiastic about studying without relying on digital entertainment. Methods such as gamification, research-based projects, and collaborative approaches can enhance student engagement.

- Schools can introduce reading programs, book reviews, or discussion sessions to boost students' interest in reading. This way, students not only read but also develop critical thinking skills and learn to express their opinions effectively.

Affiliation
SMAN 1 MARTAPURA
Age
16-21

What do you think about this response?

0
Vote

Comments below!


Najlaaqilahhh

25 days ago
Score 0++
Semangatt sefii sayangg🥰❤️

Syifaalkatiri20

25 days ago
Score 0++
mangatt adee🫰🏻🫰🏻🫰🏻

Syahrulramadan986

25 days ago
Score 0++
kerenn

M.rosyada17

24 days ago
Score 0++
mantapp
Add your comment
BASAkalimantanWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.