Overcoming Student Brain Rot Problems in the Digital Era

From BASAkalimantanWiki

This is a Response to the Brain Rot wikithon

20250207T010237830Z023179.jpg

Konten nang murah di media digital wahini makin disukai oleh siswa. Kesederhanaan gasan mengakses media sosial dengan konten nang mendominasi, malah dianggap sebagai hiburan oleh para pelajar. Namun, konten-konten nan indak ado artinyo sarupo nan ado di aplikasi tiktok, Instagram, Facebook, Twitter, dan lain-lain juo manjadi faktor utamo dalam pambatasan utak dek paparan media nan biaso disabuik brain rot.

Konten receh di media digital kini semakin digemari oleh para pelajar. Kemudahan untuk mengakses media sosial dengan konten receh yang mendominasi, malah dianggap sebagai sebuah hiburan oleh para pelajar. Akan tetapi, konten-konten receh seperti yang ada di aplikasi tiktok, Instagram, Facebook, Twitter dan lain-lain juga menjadi suatu faktor utama penyebab kerusakan otak akibat paparan media yang biasa disebut brain rot.

Small change content on digital media is now increasingly popular with students. The ease of accessing social media with dominating small change content is even considered entertainment by students. However, small change content such as that on the TikTok, Instagram, Facebook, Twitter and other applications is also a major factor causing brain damage due to media exposure which is usually called brain rot.

Affiliation
Pelajar Siswi SMAN 1 Martapura
Age
16-21

What do you think about this response?

0
Vote

Comments below!


Add your comment
BASAkalimantanWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.