Preventing Brain Decay in the Digital Age: Choosing Content Wisely, Maintaining Brain Health"
This is a Response to the Brain Rot wikithon
Di zaman digital ini, brain rot jadi masalah gonol, utamanya bagi gen Z dan gen Alpha. Hibak urang kada sadar talalu banyak mantau konten ringan, kaya video pendek, meme, atau berita tanpa paidah, bisa maurung otak hingga kada bisa bepikir dalam. Brain rot atau pembusukan otak di era digital terjadi gara-gara konsumsi konten online nang remeh dan kada menantang. Ini bisa menyebabkan kabut mental, lemahnya daya ingat, dan kecanduan media sosial. Menurut penelitian, doomscrolling bisa maningkatkan stres dan menurunkan kasajahteraan mental. Habenula di otak aktif pas menggulir tarus manarus, maulah hilang motivasi. Misalnya, banyak anak muda nang lebih suka mantau TikTok, Instagram, lawan main game daripada membaca buku atau belajar hal baru.
- Solusi*
Ulun menyarankan supaya membatasi waktu di media sosial, mengganti konten ringan lawan nang lebih edukatif, serta maulah belajar atau baca buku supaya otak tetap aktif. Selain itu, lawan kawan-kawan bisa bepikir kreatif dengan diskusi offline agar kada terjebak brain rot. kita harus mambatasi waktu di media sosial, memilih konten nang berkualitas, serta mengembangkan literasi digital. Selain itu, penting juga mengaktifkan kegiatan nyata nang kaya membaca buku, olahraga, dan diskusi kreatif supaya otak tetap tajam supaya kada mudah terpengaruh oleh konten nang kada berguna.
-bahasa banjar
Di era digital ini, brain rot menjadi masalah besar, terutama bagi generasi Z dan generasi Alpha. Banyak orang tidak sadar bahwa terlalu banyak mengonsumsi konten ringan, seperti video pendek, meme, atau berita tanpa manfaat, dapat membuat otak menjadi tumpul hingga sulit berpikir secara mendalam. Brain rot atau pembusukan otak terjadi akibat konsumsi konten online yang dangkal dan tidak menantang. Hal ini bisa menyebabkan kabut mental, melemahnya daya ingat, dan kecanduan media sosial. Menurut penelitian, doomscrolling dapat meningkatkan stres dan menurunkan kesejahteraan mental. Habenula dalam otak menjadi aktif saat seseorang terus-menerus menggulir media sosial, sehingga dapat menyebabkan hilangnya motivasi. Misalnya, banyak anak muda lebih memilih menghabiskan waktu di TikTok, Instagram dan main game daripada membaca buku atau mempelajari hal-hal baru.
- Solusi*
Saya menyarankan untuk membatasi waktu di media sosial, mengganti konten ringan dengan yang lebih edukatif, serta meluangkan waktu untuk belajar atau membaca buku agar otak tetap aktif. Selain itu, berdiskusi secara langsung dengan teman-teman juga bisa meningkatkan kreativitas dan mencegah brain rot. Kita harus lebih selektif dalam memilih konten berkualitas serta mengembangkan literasi digital. Selain itu, penting untuk melakukan aktivitas nyata seperti membaca buku, berolahraga, dan berdiskusi agar otak tetap tajam dan tidak mudah terpengaruh oleh konten yang tidak bermanfaat.
Brain Rot in the Digital Age
In this digital era, brain rot has become a common problem, especially for Gen Z and Gen Alpha. Many people are unaware that spending too much time consuming light content, such as short videos, memes, or meaningless news, can weaken the brain, making deep thinking difficult. Brain rot occurs due to excessive consumption of trivial and unchallenging online content. This can lead to mental fog, weakened memory, and social media addiction. Research shows that doomscrolling increases stress and reduces mental well-being. The habenula in the brain becomes active when scrolling continuously, causing a loss of motivation. For example, many young people prefer watching TikTok, Instagram, or playing games rather than reading books or learning something new.
Solutions I suggest limiting social media usage, replacing light content with more educational material, and making an effort to read books or study to keep the brain active. Additionally, engaging in creative discussions with friends offline can prevent brain rot. We should set time limits for social media, choose high-quality content, and develop digital literacy. It is also essential to engage in real-world activities such as reading books, exercising, and having creative discussions to keep the brain sharp and avoid the negative effects of.
- Affiliation
- Siswi SMK Negeri 1 martapura (Rizkia Febriani putr)
- Age
- 16-21
Enable comment auto-refresher
Rustinamarny
Permalink |
Anonymous user #1
Permalink |
Anonymous user #1
Permalink |